Indonesia ini sebenarnya bukan tak bisa maju, tapi ada oknum oligarki yang memang tidak ingin Indonesia maju. Kata "Oligarki" itu berasal dari bahasa Yunani "Oligarkhia ὀλιγαρχία" yang berasal dari kata "Oligos ὀλίγος (Sedikit)" dan juga kata "Arkho ἄρχω (Memimpin)", sehingga pengertian "Oligarkhia ὀλιγαρχία" adalah sekumpulan kecil orang yang memiliki kuasa atas sebuah negara, organisasi, atau institusi. Oknum-oknum oligarki ini tidak segan-segan mengorbankan kepentingan orang banyak hanya demi keuntungan kelompok kecil mereka semata.
Sayangnya, di dalam dunia kedokteran Indonesia, ternyata dunia kedokteran Indonesia ini dikuasai oleh sebuah organisasi oligarki. Organisasi inilah yang membatasi suplai dokter, diduga kuat sengaja dibatasi, misalnya dengan cara tak boleh sembarang kampus buka jurusan kedokteran, sengaja jurusan ini dibikin langka di kampus. Hal ini membuat permintaan meledak dan suplai kampus yang menyediakan jurusan ini terbatas yang menyebabkan biaya pendidikan dokter jadi melonjak gila-gilaan dan sudah jelas yang diuntungkan adalah oknum oligarki ini.
Demikian juga, organisasi oligarki ini jugalah menghambat pelantikan dokter spesialis sehingga tidak sembarang orang bisa jadi dokter spesialis sehingga suplai dokter spesialis jadi langka. Jika suplai dokter spesialis ini menjadi langka, maka biaya periksa dokter spesialis ini menjadi mahal gak karu-karuan. Itu sebabnya biaya berobat di Indonesia bisa 5x lipat atau bahkan 10x lipat lebih mahal daripada di Malaysia dengan kualitas yang malah tidak sebagus Malaysia. [1]
Oligarki ini akan selalu berjuang untuk menghancurkan dan menyingkirkan segala pesaing yang berpotensi menghancurkan keoligarkian mereka. Mereka anti dengan persaingan, itu sebabnya ketimbang bersaing, mereka akan berupaya sekuat tenaga menyingkirkan orang-orang pintar dan inovatif, termasuk juga menghambat agar dokter asing tidak boleh ada di Indonesia supaya oligarki mereka tidak hancur.
Dengan tidak adanya persaingan termasuk persaingan dari dokter-dokter asing, maka organisasi oligarki sudah bisa dipastikan memonopoli "bisnis kedokteran" ini yang dampaknya jelas seperti biaya kuliah kedokteran yang mahal dan juga biaya berobat yang akan semakin mahal. Bahkan diduga, untuk menjadi dokter spesialis pun, konon jika anda bukan "darah biru (bukan dari keluarga dokter)", bukan dari keluarga orang yang punya jabatan besar, atau bahkan jika anda bukanlah orang kaya yang punya banyak uang untuk bayar uang pelicin, maka sesorang akan sulit bisa menjadi dokter di Indonesia, terutama dokter spesialis. Yang dirugikan di sini jelas adalah rakyat. Itu sebabnya tren berobat ke luar negeri jadi makin ngetren karena orang-orang tahu kebanyakan dokter di Indonesia skillnya kalah dibandingkan dokter luar karena dokter Indonesia kebanyakan lahir karena oligarki, bukan karena meritokrasi atau karena mereka memang cerdas dan pandai.
Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, kenapa Aulia Risma atau pun orang tuanya tidak segera mengeluarkan Aulia Risma untuk segera berhenti saja, ketimbang terbully oleh para seniornya yang akhirnya berujung kehilangan nyawa? Menurut penulis, itu akibat sebuah sistem yang diciptakan oleh para oknum oligarki tersebut sehingga sistem seperti menyebabkan para mahasiswa kedokteran yang sedang mengambil program spesialis ini ketakutan untuk speak up karena mereka takut gagal jadi dokter spesialis jika berani menentang sistem oligarki ini.
Itulah sebabnya sistem oligkarki ini terutama dalam bidang kedokteran ini, menurut hemat penulis, harus segera ditiadakan karena berpotensi merugikan banyak pihak. Coba bayangkan, jika menjadi dokter spesialis itu mudah tanpa harus dikuasai oleh satu organisasi oligarki, maka sudah pasti, para mahasiswa kedokteran spesialis ini tidak perlu harus nurut menjadi babu dan dibully hanya agar dapat dilantik menjadi dokter spesialis sehingga perundungan pun dapat dihindarkan dan korban pun dapat dihindari.
Coba bayangkan juga, kalau ternyata lulusan-lulusan dokter di Indonesia ternyata berasal dari sistem oligarki yang bukan mengutamakan skill dan kemampuan, tapi lebih kepada orang-orang yang berdarah biru atau yang punya uang saja yang bisa dilantik jadi dokter dan bahkan terindikasi mereka juga mntan pembully yang membully junior mereka, mereka hasil produk kekerasan, pertanyaan penulis, maukah anda diobati oleh dokter-dokter Indonesia hasil lulusan oligarki dan produk kekerasan? Jelas tidak! Pasti anda takut salah didiagnosa. Anda jelas pasti inginnya diobati oleh dokter-dokter yang benar-benar pintar, cerdas, dan kompeten. Itu sebabnya, jangan heran, kalau semakin banyak orang-orang Indonesia yang justru lebih percaya kualitas dokter-dokter di Malaysia. Tidak heran juga jika kita menemukan banyak pelayanan dokter yang buruk dan ketus, dan akhirnya melalui kasus Aulia Risma, kita tahu apa yang sebenarnya terjadi bahwa ternyata kebanyakan dokter-dokter di Indonesia adalah hasil produk bullying dan kekerasan. Bayangkan jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka banyak orang-orang pintar dan cerdas yang sebenarnya sangat berbakat untuk menjadi dokter, bisa gagal menjadi dokter hanya karena tidak berdarah biru atau tidak punya uang atau kuasa atau tidak dekat dengan organisasi oligarki tersebut. Yang dirugikan jelas rakyat Indonesia.
Selain itu, dengan berlakunya UU Kesehatan yang baru ini, sekarang setiap provinsi wajib ada jurusan kedokteran dan bahkan sampai spesialis. Tidak lagi dimonopoli oleh organisasi dan kampus tertentu. Ini artinya, kuliah kedokteran akan jadi semakin mudah dan bahkan jadi semakin murah, sudah pasti ulusan dokter akan makin banyak dan merata. Anak-anak daerah tidak perlu lagi merantau jauh-jauh ke ibukota hanya untuk kuliah kedokteran, mereka masing-masing bisa kuliah kedokteran di provinsi mereka masing-masing. Jika suplai dokter, terutama dokter spesialis, semakin banyak, maka harga akan semakin terjangkau, maka dengan sendirinya angka kematian bisa ditekan. Jelas yang diuntungkan itu masyarakat.
Selain itu, UU kesehatan ini sekarang juga sudah memperbolehkan dokter-dokter asing untuk masuk dan praktek di Indonesia. [2] Sesuatu yang dulu dilarang oleh organisasi oligarki tertentu, mereka takut bersaing dengan dokter asing agar periuk nasinya tidak berkurang. Harusnya, kita tidak boleh takut bersaing dengan dokter-dokter asing dan jika ilmu kedokteran mereka memang lebih modern dan canggih, kita harus mengakui dan rendah hati mau belajar dari mereka sehingga masyarakat akan semakin diuntungkan dengan mendapatkan pengobatan yang paling canggih dan terbaru tetapi dengan biaya yang lebih terjangkau. Itulah pentingnya persaingan dan juga hadirnya dokter-dokter asing di Indonesia, bukannya malah melarang sana sini, takut tersaingi, dll. Bayangkan kalau tidak ada dokter-dokter asing di Indonesia dan kedokteran hanya dikuasai oleh oligarki tertentu, masyarakat hanya akan mendaaptkan pelayanan kesehatan yang sudah jadul, kuno, dengan harga yang berlipat-lipat dan jauh lebih mahal. Sangat tidak masuk akal! Padahal ilmu pengetahuan selalu berkembang, sangat absurd jika masyarakat kita masih terus dilayani dengan ilmu kedokteran yang jadul, tidak update, tapi dengan harga yang berlipat-lipat lebih mahal.
Dengan disahkannya UU yang baru ini, mungkin UU ini tidak sempurna dan sudah pasti mungkin akan banyak kekurangan sana-sini pada awal pelaksanaannya, tetapi setidaknya memberikan harapan kualitas kedokteran di Indonesia akan semakin meningkat dan masyarakat diharapkan dapat segera mendapatan layanan kesehatan yang jauh lebih dan jauh lebih berkualitas dan diharapkan juga, tidak perlu lagi ada praktek-praktek bullying di dunia kedokteran dan tidak ada Aulia Risma lainnya yang menjadi korban hanya karena ingin menjadi dokter.
CATATAN KAKI:
ARTIKEL NGALOR-NGIDUL LAINNYA:Oligarki Di Dalam Dunia Kedokteran??? - Biaya Berobat Di Indonesia Jauh Lebih Mahal Daripada Malaysia Hanya Karena Oligarki???
Kasus Aulia Risma Lestari dan Ironi Kedokteran di Indonesia Ditinjau Dari Sudut Pandang Ekonomi: Pekerjaan Dokter Sudah Over Suplai??
JASA PENULIS LEPAS:
- Artikel original 300 kata: Rp 50.000
- Artikel original 400 kata: Rp 60.000
- Artikel original 500 kata: Rp 70.000
- Artikel original 600 kata: Rp 80.000
- Artikel original 700 kata: Rp 90.000
- Artikel original 800 kata: Rp 100.000
- Artikel original 900 kata: Rp 110.000
- Artikel original 1.000 kata: Rp 120.000
JASA MENERJEMAHKAN ARTIKEL:
- Inggris ke Indonesia: Rp 25.000/ 100 Kata
- Indonesia ke Inggris: Rp 30.000/ 100 Kata
- Mandarin/ China ke Indonesia: Rp 35.000/ 100 Kata
- Indonesia ke Mandarin/ China: Rp 40.000/ 100 Kata
- Mandarin/ China ke Inggris: Rp 40.000/ 100 Kata
- Inggris ke Mandarin/ China: Rp 45.000/ 100 Kata
WHATSAPP: +6289646415350
#uukesehatan #dokter #bully #oligarki #penulis #penerjemah #blog #blogger #willyamwen
Sayangnya, di dalam dunia kedokteran Indonesia, ternyata dunia kedokteran Indonesia ini dikuasai oleh sebuah organisasi oligarki. Organisasi inilah yang membatasi suplai dokter, diduga kuat sengaja dibatasi, misalnya dengan cara tak boleh sembarang kampus buka jurusan kedokteran, sengaja jurusan ini dibikin langka di kampus. Hal ini membuat permintaan meledak dan suplai kampus yang menyediakan jurusan ini terbatas yang menyebabkan biaya pendidikan dokter jadi melonjak gila-gilaan dan sudah jelas yang diuntungkan adalah oknum oligarki ini.
Demikian juga, organisasi oligarki ini jugalah menghambat pelantikan dokter spesialis sehingga tidak sembarang orang bisa jadi dokter spesialis sehingga suplai dokter spesialis jadi langka. Jika suplai dokter spesialis ini menjadi langka, maka biaya periksa dokter spesialis ini menjadi mahal gak karu-karuan. Itu sebabnya biaya berobat di Indonesia bisa 5x lipat atau bahkan 10x lipat lebih mahal daripada di Malaysia dengan kualitas yang malah tidak sebagus Malaysia. [1]
Oligarki ini akan selalu berjuang untuk menghancurkan dan menyingkirkan segala pesaing yang berpotensi menghancurkan keoligarkian mereka. Mereka anti dengan persaingan, itu sebabnya ketimbang bersaing, mereka akan berupaya sekuat tenaga menyingkirkan orang-orang pintar dan inovatif, termasuk juga menghambat agar dokter asing tidak boleh ada di Indonesia supaya oligarki mereka tidak hancur.
Dengan tidak adanya persaingan termasuk persaingan dari dokter-dokter asing, maka organisasi oligarki sudah bisa dipastikan memonopoli "bisnis kedokteran" ini yang dampaknya jelas seperti biaya kuliah kedokteran yang mahal dan juga biaya berobat yang akan semakin mahal. Bahkan diduga, untuk menjadi dokter spesialis pun, konon jika anda bukan "darah biru (bukan dari keluarga dokter)", bukan dari keluarga orang yang punya jabatan besar, atau bahkan jika anda bukanlah orang kaya yang punya banyak uang untuk bayar uang pelicin, maka sesorang akan sulit bisa menjadi dokter di Indonesia, terutama dokter spesialis. Yang dirugikan di sini jelas adalah rakyat. Itu sebabnya tren berobat ke luar negeri jadi makin ngetren karena orang-orang tahu kebanyakan dokter di Indonesia skillnya kalah dibandingkan dokter luar karena dokter Indonesia kebanyakan lahir karena oligarki, bukan karena meritokrasi atau karena mereka memang cerdas dan pandai.
Kekerasan dan Bullying di Dalam Dunia Kedokteran Indonesia
Belakangan ini sedang heboh kasus bullying di dalam dunia kedokteran Indonesia yang salah satunya menewaskan Aulia Risma dan ternyata mendadak banyak sekali dokter-dokter atau mantan dokter yang speak up soal ini bahwa ternyata perilaku bullying di dalam dunia kedokteran Indonesia, terutama dokter spesialis, ternyata merupakan tradisi turun temurun.Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, kenapa Aulia Risma atau pun orang tuanya tidak segera mengeluarkan Aulia Risma untuk segera berhenti saja, ketimbang terbully oleh para seniornya yang akhirnya berujung kehilangan nyawa? Menurut penulis, itu akibat sebuah sistem yang diciptakan oleh para oknum oligarki tersebut sehingga sistem seperti menyebabkan para mahasiswa kedokteran yang sedang mengambil program spesialis ini ketakutan untuk speak up karena mereka takut gagal jadi dokter spesialis jika berani menentang sistem oligarki ini.
Itulah sebabnya sistem oligkarki ini terutama dalam bidang kedokteran ini, menurut hemat penulis, harus segera ditiadakan karena berpotensi merugikan banyak pihak. Coba bayangkan, jika menjadi dokter spesialis itu mudah tanpa harus dikuasai oleh satu organisasi oligarki, maka sudah pasti, para mahasiswa kedokteran spesialis ini tidak perlu harus nurut menjadi babu dan dibully hanya agar dapat dilantik menjadi dokter spesialis sehingga perundungan pun dapat dihindarkan dan korban pun dapat dihindari.
Coba bayangkan juga, kalau ternyata lulusan-lulusan dokter di Indonesia ternyata berasal dari sistem oligarki yang bukan mengutamakan skill dan kemampuan, tapi lebih kepada orang-orang yang berdarah biru atau yang punya uang saja yang bisa dilantik jadi dokter dan bahkan terindikasi mereka juga mntan pembully yang membully junior mereka, mereka hasil produk kekerasan, pertanyaan penulis, maukah anda diobati oleh dokter-dokter Indonesia hasil lulusan oligarki dan produk kekerasan? Jelas tidak! Pasti anda takut salah didiagnosa. Anda jelas pasti inginnya diobati oleh dokter-dokter yang benar-benar pintar, cerdas, dan kompeten. Itu sebabnya, jangan heran, kalau semakin banyak orang-orang Indonesia yang justru lebih percaya kualitas dokter-dokter di Malaysia. Tidak heran juga jika kita menemukan banyak pelayanan dokter yang buruk dan ketus, dan akhirnya melalui kasus Aulia Risma, kita tahu apa yang sebenarnya terjadi bahwa ternyata kebanyakan dokter-dokter di Indonesia adalah hasil produk bullying dan kekerasan. Bayangkan jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka banyak orang-orang pintar dan cerdas yang sebenarnya sangat berbakat untuk menjadi dokter, bisa gagal menjadi dokter hanya karena tidak berdarah biru atau tidak punya uang atau kuasa atau tidak dekat dengan organisasi oligarki tersebut. Yang dirugikan jelas rakyat Indonesia.
Undang-Undang Kesehatan yang Baru (UU Nomor 17 Tahun 2023)
Sekarang kabar baiknya, sudah ada UU kesehatan yang baru yang sudah disahkan. Di dalam UU yang baru ini, peran sentral organisasi tertentu yang berkuasa dicabut. Ini artinya siapa saja bisa menjadi dokter yang pelantikannya tidak dimonopoli oleh organisasi tertentu, asalkan benar-benar menmenuhi syarat dan cerdas, maka orang tersebut bisa menjadi dokter. Hal ini jelas yang diuntungkan adalah rakyat. Kenapa? Suplai dokter akan semakin banyak dan merata di seluruh Indonesia, otomatis biaya kesehatan pasti akan jadi jauh lebih murah. Jelas, masyarakat sangat diuntungkan akan hal ini.Selain itu, dengan berlakunya UU Kesehatan yang baru ini, sekarang setiap provinsi wajib ada jurusan kedokteran dan bahkan sampai spesialis. Tidak lagi dimonopoli oleh organisasi dan kampus tertentu. Ini artinya, kuliah kedokteran akan jadi semakin mudah dan bahkan jadi semakin murah, sudah pasti ulusan dokter akan makin banyak dan merata. Anak-anak daerah tidak perlu lagi merantau jauh-jauh ke ibukota hanya untuk kuliah kedokteran, mereka masing-masing bisa kuliah kedokteran di provinsi mereka masing-masing. Jika suplai dokter, terutama dokter spesialis, semakin banyak, maka harga akan semakin terjangkau, maka dengan sendirinya angka kematian bisa ditekan. Jelas yang diuntungkan itu masyarakat.
Selain itu, UU kesehatan ini sekarang juga sudah memperbolehkan dokter-dokter asing untuk masuk dan praktek di Indonesia. [2] Sesuatu yang dulu dilarang oleh organisasi oligarki tertentu, mereka takut bersaing dengan dokter asing agar periuk nasinya tidak berkurang. Harusnya, kita tidak boleh takut bersaing dengan dokter-dokter asing dan jika ilmu kedokteran mereka memang lebih modern dan canggih, kita harus mengakui dan rendah hati mau belajar dari mereka sehingga masyarakat akan semakin diuntungkan dengan mendapatkan pengobatan yang paling canggih dan terbaru tetapi dengan biaya yang lebih terjangkau. Itulah pentingnya persaingan dan juga hadirnya dokter-dokter asing di Indonesia, bukannya malah melarang sana sini, takut tersaingi, dll. Bayangkan kalau tidak ada dokter-dokter asing di Indonesia dan kedokteran hanya dikuasai oleh oligarki tertentu, masyarakat hanya akan mendaaptkan pelayanan kesehatan yang sudah jadul, kuno, dengan harga yang berlipat-lipat dan jauh lebih mahal. Sangat tidak masuk akal! Padahal ilmu pengetahuan selalu berkembang, sangat absurd jika masyarakat kita masih terus dilayani dengan ilmu kedokteran yang jadul, tidak update, tapi dengan harga yang berlipat-lipat lebih mahal.
Dengan disahkannya UU yang baru ini, mungkin UU ini tidak sempurna dan sudah pasti mungkin akan banyak kekurangan sana-sini pada awal pelaksanaannya, tetapi setidaknya memberikan harapan kualitas kedokteran di Indonesia akan semakin meningkat dan masyarakat diharapkan dapat segera mendapatan layanan kesehatan yang jauh lebih dan jauh lebih berkualitas dan diharapkan juga, tidak perlu lagi ada praktek-praktek bullying di dunia kedokteran dan tidak ada Aulia Risma lainnya yang menjadi korban hanya karena ingin menjadi dokter.
CATATAN KAKI:
ARTIKEL NGALOR-NGIDUL LAINNYA:
JASA PENULIS LEPAS:
- Artikel original 300 kata: Rp 50.000
- Artikel original 400 kata: Rp 60.000
- Artikel original 500 kata: Rp 70.000
- Artikel original 600 kata: Rp 80.000
- Artikel original 700 kata: Rp 90.000
- Artikel original 800 kata: Rp 100.000
- Artikel original 900 kata: Rp 110.000
- Artikel original 1.000 kata: Rp 120.000
JASA MENERJEMAHKAN ARTIKEL:
- Inggris ke Indonesia: Rp 25.000/ 100 Kata
- Indonesia ke Inggris: Rp 30.000/ 100 Kata
- Mandarin/ China ke Indonesia: Rp 35.000/ 100 Kata
- Indonesia ke Mandarin/ China: Rp 40.000/ 100 Kata
- Mandarin/ China ke Inggris: Rp 40.000/ 100 Kata
- Inggris ke Mandarin/ China: Rp 45.000/ 100 Kata
WHATSAPP: +6289646415350
#uukesehatan #dokter #bully #oligarki #penulis #penerjemah #blog #blogger #willyamwen
0 Comments