Kemarin, tanggal 5 November 2023, iseng-iseng searching soal penyakit autoimun dan jujur aja, saya penasaran mengapa tiba-tiba sistem kekebalan tubuh kita tiba-tiba menyerang sel-sel sehat kita. Setelah cukup lama browsing, tiba-tiba muncul video dari Dr. Gabor Mate.
Dia bilang begini:
"I am gonna tell you an interesting fact, in the 1930s, the ratio of men and women with multiple sclerosis was about one to one or close to one to one. You know what is it now? Three and a half women to every man. What does that tell us? It can't be genetic problem because genes don't change in the population over 70 years or 80 years. It can't be a form of climate and diet because it hasn't changed more for one gender than another. What is it? I'm suggesting there is something going on in the society and that's stress. People with depression or psychosis or ADHD or Autism or a physical illness, they're abnormal. That's one way to look at it. But the other way to look at it is that the abnormality in the society that generates this illness and that this illness or these condiitons are normal responses to abnormal circumstances."
Indonesia: Saya akan memberi tahu Anda fakta menarik, pada tahun 1930-an, rasio pria dan wanita dengan multiple sclerosis adalah sekitar satu banding satu atau hampir satu banding satu lah. Anda tahu sekarang berapa rasionya? Tiga setengah wanita untuk setiap pria. Artinya? Itu tidak mungkin masalah genetika, karena gen tidak bermutasi dalam masyarakat selama 70 tahun atau 80 tahun. Itu tidak mungkin karena iklim dan pola makan karena tidak ada perubahan pola makan dan iklim yang signifikan yang berbeda antara pria dan wanita. Kalo gitu apa? Saya berpendapat ada sesuatu yang terjadi di masyarakat dan itu adalah stres. Orang dengan depresi atau psikosis atau ADHD atau autisme atau penyakit fisik, mereka itu abrnormal. Ini adalah salah satu cara untuk melihatnya. Namun cara lain untuk melihatnya adalah bahwa keabnormalan di dalam masyarakat yang menghasilkan penyakit ini dan bahwa penyakit atau kondisi ini adalah respons normal terhadap keadaan yang abnormal.
Dr. Gabor Mate
Berdasarkan pengalaman dan anda boleh lihat sendiri fakta di lapangan, ratusan atau ribuan tahun yang lalu, perempuan itu tidak bekerja di kantor. Mereka tidak harus bekerja di kantor dan sebagian besar dari mereka hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Namun, kalo kita lihat kondisi saat ini, sangat umum jika Anda melihat seorang perempuan bekerja di kantor.
Memang hubungannya apa? Di sinilah masalah dimulai.
Perempuan tidak kebanyakan tidak ahli dalam menangani stres. Mengapa? Karena cara berpikir perempuan itu berbeda, cara berpikir perempuan berbeda dengan laki-laki. Misalnya, laki-laki. akan selalu memiliki kotak mereka sendiri untuk setiap subjek dalam pikiran mereka. laki-laki. memisahkan kotak-kotak ini dalam pikiran mereka sehingga tidak akan tercampur satu sama lain. Misalnya, laki-laki. memiliki kotak untuk urusan keluarga, kotak untuk urusan istri, kotak untuk urusan pekerjaan, kotak untuk urusan game, kotak untuk urusan hobi, kotak untuk urusan film, dll. Karena laki-laki. tidak mencampur aduk hal-hal ini menjadi satu kotak, itu sebabnya jika mereka memiliki masalah dalam keluarga, ketika mereka bekerja, mereka tidak akan terpengaruh oleh masalah ini karena sebagian besar laki-laki telah memisahkannya (memang pasti ada saja beberapa laki-laki yang mencampuradukkan kotak-kotak ini, tetapi tidak seumum kasus yang ditemukan di perempuan).
Perempuan itu berbeda. Perempuan itu kebanyakan hanya punya satu kotak, satu kotak untuk semua urusan dan amsalah. Jadi, jika wanita punya masalah di kantor, mereka akan membawa masalah ini ke keluarga sehingga suasana hati mereka akan buruk. Begitu juga ketika mereka punya masalah di keluarga, suasana hati mereka akan buruk sehingga menjadi stres dan terbawa-bawa di kantor mereka juga. Inilah poin penting mengapa wanita lebih rentan terkena penyakit autoimun
Ketika perempuan berada di lingkungan kerja yang buruk, di mana mereka memiliki atasan, bos atau mungkin rekan kerja yang buruk di kantor mereka, mereka akan jadi lebih mudah stres. Ketika banyak perempuan setiap hari harus pergi ke kantor atau tempat kerja mereka yang suasanya bikin mereka tertekan itu, maka kebanyakan perempuan akan menjadi semakin stres dan jika tidak ditangani dengan baik, akhirnya menjadi depresi.
Saat seseorang mengalami depresi atau stres, sistem kekebalan tubuh orang itu akan menjadi bingung dan tidak akan bekerja secara normal, dan tiba-tiba, sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel-sel sehat mereka sendiri dan terjadilah autoimun. Itulah masalah utamanya, sebenarnya adalah stres, bukan gen.
Itulah sebabnya pada tahun 1930-an, rasioa antara laki-laki dan perempuan untuk mengidap penyakit autoimun hanya satu banding satu. Namun, sekarang, di era modern ini, peluangnya bisa sembilan wanita berbanding satu pria. Gila!
Kita sekarang sedang sedang hidup di sebuah zaman yang sebenarnya lingkungannya tidak normal dan lingkungan abnormal ini jelas akan menyebabkan lebih banyak orang-orang yang bakal makin stress, terutama bagi kaum perempuan. Kondisi yang abnormal ini yang mengharuskan kita untuk bangun subuh-subuh setiap hari, pergi ke kantor, pulang larut malam, lalu bangun lagi pagi-pagi, dan seterusnya. Situasi gila ini jelas akan membuat semua orang di dunia ini pasti akan jadi lebih stres daripada sebelumnya, terutama bagi kaum wanita..
Lalu cara mengatasinya gimanha dong? Jangan ikut arus!! kebahagiaan jauh lebih penting daripada uang. Jika anda saat ini adalah seorang perempuan yang sedang membaca artikel ini, jika pekerjaan anda membuat Anda stres, lebih baik Anda berhenti atau resign ketimbang kondisi kesehatan anda semakin memburuk hanya karena kerjaan atau uang.
Lau nanti masalah duit gimana? Berdasarkan pengalaman saya, justru kalau kita bahagia dan happy, duit bakal datang sendiri dan bakal banyak pekerjaan-pekerjaan baru yang datang yang bakal sesuai dengan diri kita. Justru kalau kita stress, yang ada duit malah kabur dari kita dan kita malah bakal lebih rentan jatuh sakit. Kebahagiaan dan kesehatan jauh lebih penting daripada uang.
SUMBER:
1. Robert H. Smerling. "Autoimmune disease and stress: Is there a link?". Harvard Health Publishing. 27 October 2020. Accessed 22th October 2024.
2. Ljudmila Stojanovich and Dragomir Marisavljevich. "Stress as a trigger of autoimmune disease". National library of Medicine. Accessed 22th October 2024.
3. Global Autoimmune Institute. "Stress & Autoimmune Disease: Navigating the Complex Relationship". Autoimmune Institute. Accessed 22th October 2024.
ARTIKEL PSIKOLOGI LAINNYA:
MY SITES:
JASA PENULIS LEPAS:
- Artikel original 300 kata: Rp 50.000
- Artikel original 400 kata: Rp 60.000
- Artikel original 500 kata: Rp 70.000
- Artikel original 600 kata: Rp 80.000
- Artikel original 700 kata: Rp 90.000
- Artikel original 800 kata: Rp 100.000
- Artikel original 900 kata: Rp 110.000
- Artikel original 1.000 kata: Rp 120.000
JASA MENERJEMAHKAN ARTIKEL:
- Inggris ke Indonesia: Rp 25.000/ 100 Kata
- Indonesia ke Inggris: Rp 30.000/ 100 Kata
- Mandarin/ China ke Indonesia: Rp 35.000/ 100 Kata
- Indonesia ke Mandarin/ China: Rp 40.000/ 100 Kata
- Mandarin/ China ke Inggris: Rp 40.000/ 100 Kata
- Inggris ke Mandarin/ China: Rp 45.000/ 100 Kata
WHATSAPP: +6289646415350
#autoimun #wanita #stres #gen #lupus #diabetes #penulis #penerjemah #blog #blogger #willyamwen
0 Comments