Sedekah itu jangan tunggu kaya dulu, justru sedekah dimulai saat kita masih miskin.
Cobalah buat komitmen misalnya, sebulan kita coba sedekahkan 5% penghasilan kotor kita, jadi kalau sebulan kita dapat 500 ribu, maka Rp 25 ribu kita sedekahkan.
Lalu kalau anda rutin dan komitmen, Alam ini akan melihat bahwa anda bisa dipercaya, anda akan dites untuk yang lebih besar, Alam akan mulai mengetes anda dengan Rp 3 juta, dan kalau anda rutin sedekahkan Rp 150 ribu, anda akan terus naik level.
Suatu hari anda akan dipercayakan mengelola 10 juta per bulan, Alam akan melihat apakah anda rutin sedekah Rp 500 ribu sebulan? Jika rutin, anda akan terus dinaikkan levelnya.
Lama-lama anda mulai dipercaya mengelola 20 juta per bulan, 30 juta, atau bahkan 50 juta per bulan, dan seterusnya.
Alasan banyak orang hidup dalam kekurangan, karena mereka itu pelit berbagi. Uang dimakan sendiri, itu sebabnya, dalam hidup mereka tak terjadi apa-apa karena Alam melihat bahwa orang-orang ini tak biss dipercaya mengelola uang.
Alam Semesta seperti sebuah sistem yang terkoding dengan sempurna. Anda tak perlu terlalu fokus menghabiskan waktu ritual-ritual agama, makanya banyak orang berfokus pada ritual agama, tetapi tetap terjerat kemiskinan. Alam ini lebih menyukai tindakan nyata seperti sedekah ketimbang ritual agamawi. Untuk itu, cobalah mulai melakukan action yang nyata dengan bersedekah, dan anda akan ditandai positif oleh Alam ini.
Cobalah mulai aksi nyata dengan tindakan-tindakan nyata yang benar-benar manfaatnya dapat dirasakan sesama manusia, ketimbang menghabiskan waktu di ritual-ritual agamawi. Penulis tidak berkata bahwa ibadah itu salah, hanya saja kalau ibadah tanpa disertai perbuatan yang nyata, itu akan jadi sia-sia.
SUMBER:Willyam Wen. "Sedekah Jangan Tunggu Kaya Dulu!! - Mulailah Dari Sekarang!!". Willyam Wen. Diakses 24 Januari 2025.
ARTIKEL HUKUM ALAM SEMESTA LAINNYA:Sedekah Jangan Tunggu Kaya Dulu!! - Mulailah Dari Sekarang!!
Kualat, Kutukan Selalu Plus Bunga dan Berkat, Rezeki Juga Selalu Plus Bunga Bahkan Sampai Ke Anak Cucu?? - Hukum Alam Semesta
MY SITES:
Facebook Page (Blogger Jalanan)
Facebook Group (Komunitas Blog Indonesia)
Blog (Hukum Alam Semesta)
Blog (Hukum Alam Semesta)
#sedekah #kaya #miskin #kualat #kutukan #berkat #alamsemesta #willyamwen
Cobalah buat komitmen misalnya, sebulan kita coba sedekahkan 5% penghasilan kotor kita, jadi kalau sebulan kita dapat 500 ribu, maka Rp 25 ribu kita sedekahkan.
Lalu kalau anda rutin dan komitmen, Alam ini akan melihat bahwa anda bisa dipercaya, anda akan dites untuk yang lebih besar, Alam akan mulai mengetes anda dengan Rp 3 juta, dan kalau anda rutin sedekahkan Rp 150 ribu, anda akan terus naik level.
Suatu hari anda akan dipercayakan mengelola 10 juta per bulan, Alam akan melihat apakah anda rutin sedekah Rp 500 ribu sebulan? Jika rutin, anda akan terus dinaikkan levelnya.
Lama-lama anda mulai dipercaya mengelola 20 juta per bulan, 30 juta, atau bahkan 50 juta per bulan, dan seterusnya.
Alasan banyak orang hidup dalam kekurangan, karena mereka itu pelit berbagi. Uang dimakan sendiri, itu sebabnya, dalam hidup mereka tak terjadi apa-apa karena Alam melihat bahwa orang-orang ini tak biss dipercaya mengelola uang.
Alam Semesta seperti sebuah sistem yang terkoding dengan sempurna. Anda tak perlu terlalu fokus menghabiskan waktu ritual-ritual agama, makanya banyak orang berfokus pada ritual agama, tetapi tetap terjerat kemiskinan. Alam ini lebih menyukai tindakan nyata seperti sedekah ketimbang ritual agamawi. Untuk itu, cobalah mulai melakukan action yang nyata dengan bersedekah, dan anda akan ditandai positif oleh Alam ini.
Cobalah mulai aksi nyata dengan tindakan-tindakan nyata yang benar-benar manfaatnya dapat dirasakan sesama manusia, ketimbang menghabiskan waktu di ritual-ritual agamawi. Penulis tidak berkata bahwa ibadah itu salah, hanya saja kalau ibadah tanpa disertai perbuatan yang nyata, itu akan jadi sia-sia.
SUMBER:
ARTIKEL HUKUM ALAM SEMESTA LAINNYA:
MY SITES:
#sedekah #kaya #miskin #kualat #kutukan #berkat #alamsemesta #willyamwen
© Willyam Wen. All rights reserved.
0 Comments:
Post a Comment